Sejarah Kerajaan Banjar dan Raja Islam di Kalimantan Selatan

Kerajaan Banjar atau selanjutnya disebut dengan Kesultanan Banjar mengadopsi sistem pemerintahan dengan dipimpin raja Islam. Berdasarkan manuskrip, berdiri sekitar abad ke-16 M. Selama masa berdirinya, peletakan pusat pemerintah sempat berganti-ganti tempat dan yang terakhir yaitu di Kayu Tangi yang dikenal dengan Kota Martapura.

Sejarah Kerajaan Banjar

Sebelum menjadi kesultanan, Banjar merupakan kerajaan yang menganut agama masyarakat saat itu. Hingga terjadi perebutan kekuasaan dan dibantu oleh Kerajaan Demak hingga akhirnya terbentuk Kesultanan Banjar. Sayangnya, kejayaan masa ini tidak berlangsung lama.

  1. Raden Samudra

Raden Samudra yang bergelar Sultan Suriansyah merupakan pewaris sah yang telah diwarisi oleh pendahulunya. Namun, jalan untuk mendapatkan kepemimpinan ini tidaklah mulus. Hal ini karena raja sebelumnya, Raden Sukarama, wafat ketika dirinya masih terlalu belia untuk menjabat sebagai pemimpin. Karena hal ini, posisi direbut oleh anak Raja Sukarama, Pangeran Tumenggung.

Sultan Suriansyah sempat melarikan diri hingga akhirnya meminta bantuan armada perang Demak untuk merebut kembali posisinya hingga berhasil menjadi raja. Karena hal inilah kerajaan Banjar berubah menjadi Kesultanan Banjar dengan rajanya pemeluk agama Islam.

  1. Sultan Mustasin Billah

Pada masa pemerintahan Sultan Mustasin Billah, Kesultanan Banjar berada pada puncak kejayaannya. Sumber daya alam yang melimpah dan berada di jalur perdagangan membuatnya menjadi bandar dagang yang besar di zaman tersebut. Salah satunya karena melimpahnya rempah-rempah hingga terdengar di negeri Belanda. Disinilah awal perdagangan dan kekuasaan Belanda di mulai. Ulasan selengkapnya bisa dibaca di laman Hasana.id.